![]() | |||
Ini yang salah, murid apa gurunya yak? |
Menganggap Diri Paling Pandai
![]() |
Sok tau lu Tong |
Guru yang merasa paling pandai, menurut E. Mulyasa, berawal dari sebuah kondisi adanya perbedaan usia antara guru dan murid. Usia guru relatif lebih tua daripada muridnya, sehingga guru merasa memiliki pengetahuan dan pengalaman yang melebihi muridnya. Dari situlah kemudian lahir pemikiran untuk mendominasi murid. Murid dianggap "gelas kosong yang perlu diisi air" dan menurut yang merasa paling pandai tersebut, satu-satunya yang dapat mengisi gelas itu adalah guru itu sendiri.
Menurut Sartre, guru yang menganggap dirinya paling pandai akan menggunakan konsep konsep pendidikan yang memaksa seseorang untuk makan, karena dianggap lapar. Bahkan ia tak hanya memaksa, melainkan mengunyahkan, dan memaksa menelannya.
Guru yang merasa paling pandai telah membatasi dirinya untuk belajar kepada siapa pun, termasuk muridnya. Padahal guru yang bersedia belajar kepada muridnya tidak akan mengurangi kehormatannya. Tidak menutup kemungkinan, di antara para siswa ada yang memiliki pengetahuan yang cukup luas di bidang tertentu. Apalagi sekarang siswa dapat mencari informasi dengan mudah, misalnya melalui televisi maupun internet.
Sebaliknya, guru yang benar-benar pandai (bukan merasa paling pandai) dapat memanfaatkan kemajuan zaman dan akan terus belajar di mana pun dan kapan pun. Dia berusaha mengembangkan para siswanya agar dapat mencari sumber informasi selain dari gurunya. Bahkan dia juga tidak segan mengakui kesalahan dan belajar dari siswanya. Oleh karena itu, semestinya guru berpikir demokratis dalam kegiatan belajar mengajar agar guru dan siswa sama-sama dapat mengembangkan pengetahuannya.
Mengajar Secara Monoton
![]() |
Gak seru nih guru, ngantuk gue ngeliatnye |
Apakah Anda pernah diajari oleh seorang guru yang cara dan gaya mengajarnya itu itu saja? Lama kelamaan tentu kita akan merasa bosan dan kehilangan motivasi belajar. Guru yang monoton dalam mengajar cenderung membosankan dan biasanya kurang disukai muridnya. Akibatnya, ketika guru tersebut berhalangan mengajar maka para siswanya akan bergermbira. Ironi bukan?
Lantas apa dampak positifnya jika guru mengajar dengan kreatif dan tidak monoton?
- Guru selalu membuat inovasi
- Guru dan murid selalu aktif
- Murid menjadi senang dan bersemangat
Sering Bolos
![]() |
Malu kan kalo siswa kita yang unjuk rasa kayak begini? |
Dalam catatan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) yang diumumkan pada tahun 2010, guru yang bolos mencapai 0,5 juta. Guru yang bolos ini menyeluruh di berbagai provinsi, baik di kota maupun di desa. Jumlah guru yang bolos ini sebanding dengan semua guru yang mengajar di Malaysia dan Thailand. Wow!
Memang masih banyak guru yang memiliki disiplin dan rasa tanggung jawab yang tinggi, tetapi para pembolos ini pun kalau ditotal se-Indonesia, ternyata jumlahnya begitu banyak. Kalau guru yang bolos mencapai 0,5 juta orang, pertanyaannya kemudian adalah berapa juta murid yang harus terlantar?
Bagaimana mungkin bangsa ini akan maju, jika para guru yang punya tanggung jawab mencerdaskan anak bangsa seringkali melarikan diri dari tugas tanpa alasan yang jelas maupun alasan yang dapat dibenarkan. Dalam hal ini, yang dirugikan tidak hanya siswa dan orang tua murid, tetapi juga merugikan negara.
Tidak ada komentar: