Translate

Jumat, 13 Juni 2014

Perjalanan Menuju Desa Salaman, Kecamatan Kintap




Salaman adalah nama sebuah desa di Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Desa ini berada di antara dua desa lainnya, yaitu Desa Asam-Asam dan Riam Adungan. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Riam Adungan, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kuranji, Kecamatan Kintap, sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Baru, Kecamatan Jorong, dan sebelah barat berbatasan dengan Pegunungan Meratus.


Desa Salaman berjarak sekitar 80 km dari Pelaihari (ibukota Kabupaten Tanah Laut). Untuk menuju desa ini, kita dapat menempuh jalur darat. Perjalanan di jalan raya dapat kita lakukan hingga Desa Asam-Asam. Selanjutnya kita harus melewati jalan milik perusahaan tambang. Setelah keluar dari jalan aspal, kita akan melewati jalan di daerah galian tambang batu bara PT Arutmin. Jalan inilah yang menjadi urat nadi semua desa yang ada di sana, Desa Salaman, Riam Adungan, dan Sungai Karuh. Jalan ini dibuat dari batu-batu dan tanah liat, sehingga menjadi licin saat turun hujan. Setelah berkendara sejauh 12 km, kita dapat menemui tapal batas Desa Salaman.

Desa Salaman terbentang dari km 12 hingga km 25. Di sepanjang perjalanan kita ditemani hutan yang begitu luas, menutup pandangan. Hutan ini tumbuh hingga ke tepian jalan. Mungkin harena hal itulah, jalan di daerah ini diberi nama Jalan Hutan Kintap. Selain itu, kita juga dapat menemui mushalla di km 12 dan masjid di km 14, 17, dan 20. Kita juga akan menjumpai dua Sekolah Dasar (SD) dan satu Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sekolah Dasar ini bernama SDN Salaman, berada di dua lokasi, yaitu di km 14 dan di km 20. Sebenarnya sekolah ini masih satu kesatuan, tetapi karena penyebaran penduduk yang tidak merata, maka di bangunlah sekolah filial. Bangunan induk berada di km 20, sedangkan SD filial di km 14. Sedangkan SMP di desa ini bernama SMP 5 Kintap, berdiri di km 19.

Selain pengendara motor, ada juga mobil, truk, tronton, dan alat berat yang melewati desa ini. Tronton dan alat berat tersebut kebanyakan milik perusahaan batu bara. Jika cuaca panas dan jalanan kering, kendaraan-kendaraan tersebut selalu menghamburkan debu jalanan yang beterbangan menutup pandangan pengendara di belakangnya. Maka tidak heran jika ada beberapa warga yang meminta “uang debu” kepada para pengemudi truk dan tronton.

Sebenarnya pemandangan di desa ini sangat indah. Pegunungan membentang di sebelah kiri di sepanjang perjalanan. Kebun karet dan kelapa sawit berbaris di tepian jalan. Sungainya juga tidak kalah menawan, airnya yang jernih dan tidak terlalu dalam menampakkan batu-batu dan ikan-ikan yang berenang di dalamnya. Hewan-hewan ternak dapat kita lihat di sekitar perumahan warga. Bahkan seringkali sekelompok kerbau berjalan-jalan tanpa tali di pinggir jalan.

Cuaca memang seringkali mengubah keindahan menjadi bahaya yang menakutkan. Jika hujan mengguyur jalanan, maka jalan yang kering segera berubah menjadi arena offroad. Tidak ada lagi debu yang beterbangan, karena debu tersebut menjadi lumpur yang siap menangkap dan menghentikan laju sepeda motor anda. Jika kondisi jalan sudah terlalu buruk, mobil dan tronton juga tidak dapat memaksakan diri. Sering terjadi mobil terjebak di tanah yang lengket dan licin sehingga tidak dapat meneruskan perjalanan. Bahkan ada tronton pengangkut batu bara yang terbalik karena tergelincir di jalan licin. Intensitas hujan yang tinggi juga menyebabkan air sungai meluap. Ketinggian air tersebut seringkali merendam jembatan dan beberapa rumah warga yang berada di tepi sungai. Bahkan arus air yang deras dapat menghanyutkan material jembatan.

Ya, beginilah keadaan desa yang berada di daerah tambang, menunggu prhatian pemerintah.

Jika anda ingin mengetahui sejarah dan perkembangan Desa Salaman, silakan klik tautan berikut, Sejarah dan Perkembangan Desa Salaman.
Artikel Terkait

2 komentar:

  1. Bagus Gan tolong kepada Pemirintah Daerah khususnya Pemkab.Tanah Laut Agar selalu memperhatikan Masyarakat Daerah Salaman ini, Jangan Di Bedakan dengan Desa-Desa yang Lainnya ,Tolong juga Kepada Aparat Desa untuk selalu berperan aktif jangan ada kesenjangan sosial...! "UANG DEBU" Bagaimana, Mansyarakat Kena Penyakit ISPA Pambakalai.......

    BalasHapus
  2. Ya, mungkin karena jarak yang jauh dan berada di daerah tambang, sehingga terkesan Arutmin lebih tanggap pada masalah yang dihadapi masyarakat, misalnya dengan mengadakan program pemberdayaan masyarakat tambang.
    Apalagi uang debu hanya diterima oleh warga yang "berani".

    BalasHapus

Sahabat Dunia Maya

Bergabung Bersama Kami

- Copyright © PendidikanDasar.net -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -