Salaman
adalah nama sebuah desa di Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah Laut,
Provinsi Kalimantan Selatan. Desa ini berada di antara dua desa
lainnya, yaitu Desa Asam-Asam dan Riam Adungan. Sebelah utara
berbatasan dengan Desa Riam Adungan, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kuranji, Kecamatan Kintap, sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Baru, Kecamatan Jorong, dan sebelah barat
berbatasan dengan Pegunungan Meratus.
Desa Salaman
berjarak sekitar 80 km dari Pelaihari (ibukota Kabupaten Tanah Laut).
Untuk menuju desa ini, kita dapat menempuh jalur darat. Perjalanan di
jalan raya dapat kita lakukan hingga Desa Asam-Asam. Selanjutnya kita
harus melewati jalan milik perusahaan tambang. Setelah keluar dari
jalan aspal, kita akan melewati jalan di daerah galian tambang batu
bara PT Arutmin. Jalan inilah yang menjadi urat nadi semua desa yang
ada di sana, Desa Salaman, Riam Adungan, dan Sungai Karuh. Jalan ini
dibuat dari batu-batu dan tanah liat, sehingga menjadi licin saat
turun hujan. Setelah berkendara sejauh 12 km, kita dapat menemui
tapal batas Desa Salaman.
Desa Salaman
terbentang dari km 12 hingga km 25. Di sepanjang perjalanan kita
ditemani hutan yang begitu luas, menutup pandangan. Hutan ini tumbuh
hingga ke tepian jalan. Mungkin harena hal itulah, jalan di daerah
ini diberi nama Jalan Hutan Kintap. Selain itu, kita juga dapat
menemui mushalla di km 12 dan masjid di km 14, 17, dan 20. Kita juga
akan menjumpai dua Sekolah Dasar (SD) dan satu Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Sekolah Dasar ini bernama SDN Salaman, berada di dua
lokasi, yaitu di km 14 dan di km 20. Sebenarnya sekolah ini masih
satu kesatuan, tetapi karena penyebaran penduduk yang tidak merata,
maka di bangunlah sekolah filial. Bangunan induk berada di km 20,
sedangkan SD filial di km 14. Sedangkan SMP di desa ini bernama SMP
5 Kintap, berdiri di km 19.
Selain
pengendara motor, ada juga mobil, truk, tronton, dan alat berat yang
melewati desa ini. Tronton dan alat berat tersebut kebanyakan milik
perusahaan batu bara. Jika cuaca panas dan jalanan kering,
kendaraan-kendaraan tersebut selalu menghamburkan debu jalanan yang
beterbangan menutup pandangan pengendara di belakangnya. Maka tidak
heran jika ada beberapa warga yang meminta “uang debu” kepada
para pengemudi truk dan tronton.
Sebenarnya
pemandangan di desa ini sangat indah. Pegunungan membentang di
sebelah kiri di sepanjang perjalanan. Kebun karet dan kelapa sawit
berbaris di tepian jalan. Sungainya juga tidak kalah menawan, airnya
yang jernih dan tidak terlalu dalam menampakkan batu-batu dan
ikan-ikan yang berenang di dalamnya. Hewan-hewan ternak dapat kita
lihat di sekitar perumahan warga. Bahkan seringkali sekelompok kerbau
berjalan-jalan tanpa tali di pinggir jalan.
Cuaca memang
seringkali mengubah keindahan menjadi bahaya yang menakutkan. Jika
hujan mengguyur jalanan, maka jalan yang kering segera berubah
menjadi arena offroad. Tidak ada lagi debu yang beterbangan, karena
debu tersebut menjadi lumpur yang siap menangkap dan menghentikan
laju sepeda motor anda. Jika kondisi jalan sudah terlalu buruk, mobil
dan tronton juga tidak dapat memaksakan diri. Sering terjadi mobil
terjebak di tanah yang lengket dan licin sehingga tidak dapat
meneruskan perjalanan. Bahkan ada tronton pengangkut batu bara yang
terbalik karena tergelincir di jalan licin. Intensitas hujan yang
tinggi juga menyebabkan air sungai meluap. Ketinggian air tersebut
seringkali merendam jembatan dan beberapa rumah warga yang berada di
tepi sungai. Bahkan arus air yang deras dapat menghanyutkan material
jembatan.
Ya,
beginilah keadaan desa yang berada di daerah tambang, menunggu prhatian pemerintah.
Jika anda ingin mengetahui sejarah dan perkembangan Desa Salaman, silakan klik tautan berikut, Sejarah dan Perkembangan Desa Salaman.
Jika anda ingin mengetahui sejarah dan perkembangan Desa Salaman, silakan klik tautan berikut, Sejarah dan Perkembangan Desa Salaman.
Bagus Gan tolong kepada Pemirintah Daerah khususnya Pemkab.Tanah Laut Agar selalu memperhatikan Masyarakat Daerah Salaman ini, Jangan Di Bedakan dengan Desa-Desa yang Lainnya ,Tolong juga Kepada Aparat Desa untuk selalu berperan aktif jangan ada kesenjangan sosial...! "UANG DEBU" Bagaimana, Mansyarakat Kena Penyakit ISPA Pambakalai.......
BalasHapusYa, mungkin karena jarak yang jauh dan berada di daerah tambang, sehingga terkesan Arutmin lebih tanggap pada masalah yang dihadapi masyarakat, misalnya dengan mengadakan program pemberdayaan masyarakat tambang.
BalasHapusApalagi uang debu hanya diterima oleh warga yang "berani".