Translate

Jumat, 18 April 2014

Tanggul Rejo, Sebuah Desa Makmur yang Dikepung Abrasi






Assalamu'alaikum wr.wb.

Kali ini saya ingin menulis sesuatu, tetapi bukan mengenai komputer, melainkan tentang kondisi sebuah desa, yaitu Desa Tanggul Rejo. Tahukah Anda di mana Desa Tanggul Rejo? Desa ini terletak di Kecamatan Tabunganen, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan.


Tanggul Rejo juga dikenal dengan sebutan Kolam Kiri. Kalau Anda bertanya mengapa disebut Kolam Kiri, saya pun tidak tahu. Yang pasti desa ini bersebelahan dengan Desa Beringin Kencana yang dikenal dengan sebutan Kolam kanan.

Kondisi geografis daerah ini berupa rawa-rawa dengan sungai yang cukup banyak dan luas.Keadaan ini cukup menguntungkan, tetapi juga dapat merugikan jika tidak dijaga dan dikelola dengan baik.

Penduduk Desa Tanggul Rejo didominasi oleh warga trans. Mengapa? Karena Sekitar tahun 80'an, banyak penduduk dari Jawa berbondong-bondong datang ke daerah ini dalam rangka program transmigrasi. Nah, dari situlah mulai terbentuk dusun, yang lama-kelamaan semakin ramai, dan pada gilirannya terbentuklah suatu desa yang diberi nama Tanggul Rejo. Secara harfiah dapat kita artikan tanggul= gundukan tanah penahan air, dan rejo= ramai. 

Beberapa tahun yang lalu, terhampar harapan yang besar atas perkembangan di desa ini. Sekolah Dasar sudah ada di sana, SMP juga sudah berdiri, dan pasar tradisional juga sudah di buka walaupun lokasinya di desa sebelah (Beringin Kencana), tetapi hal ini tetap membawa pengaruh positif, yaitu bertambahnya lapangan kerja. Bukan itu saja, dari sektor pertanian, perkebunan kelapa, peternakan sapi dan kambing, serta budidaya ikan air tawar, juga menggembirakan.

Namun seolah-olah desa ini mulai berubah kiblatnya, sehingga sekarang banyak sawah yang berubah menjadi kebun karet dan kebun kelapa sawit. bahkan sudah jarang kita jumpai warga yang beternak sapi atau kambing. Sebenarnya itu semua merupakan pilihan mereka yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup ke arah yang lebih baik.

Namun ironinya, sebuah desa yang letaknya tidak begitu jauh dari laut ini sekarang sulit diakses melalui jalur darat. Bahkan untuk ke ibukota kecamatan yang jaraknya hanya sekitar 14 km, tidak dapat ditempuh melalui darat. 

Hal ini terjadi karena abrasi yang berlangsung teru-menerus, dan seolah-olah tidak ada tindakan untuk mencegah dan memperbaiki itu. Kalau beberapa tahun yang lalu, mobil masih dapat melintas, tetapi sekarang sepeda motor pun sudah tidak dapat menuju ke kecamatan melalui jalan utama, jalan darat benar-benar terputus. Selain abrasi yang memutus jalan, hal ini juga diperparah oleh ulah tangan-tangan usil yang mencuri kayu dan papan jembatan.

Terputusnya jalur transportasi darat banyak menghambat aktivitas dan pekerjaan warga, misalnya pedagang yang hendak ke pasar tradisional di kecamatan harus menggunakan kelotok (kapal), banyak tukang ojek yang kehilangan pekerjaan, para pedagang keliling yang tidak dapat lagi berjualan menggunakan sepeda motor, dan masih banyak masalah lain yang secara otomatis membuat Desa Kolam Kiri dan daerah di sekitarnya menjadi semakin terisolir. Masih adakah yang peduli? Kekompakan masyarakat saja tidak akan cukup mengatasi masalah ini. Tetapi  diperlukan peran serta pemerintah setempatbersama pemerintah kaupaten dan provinsi bahu-membahu menghijaukan kembali harapan yang telah hilang, tenggelam di dasar sungai dan hanyut terbawa arus air yang keruh.

Jangan biarkan desa kami hilang ditelan abrasi. Jangan biarkan desa kami lenyap dihapus ketidakpedulian pemimpin-pemimpin kami. Kami ada, dan kami semakin dikepung abrasi.

Baiklah sahabat harusmau, kami mengharap do'a sahabat semua untuk kemajuan desa kami khususnya, dan seluruh wilayah di NKRI pada umumnya.

Wasalam.
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Sahabat Dunia Maya

Bergabung Bersama Kami

- Copyright © PendidikanDasar.net -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -